Sabtu, 17 Desember 2011

Kembali padanya.. atau pada-NYA...

Assallamualaikum sobat kalbu..

Seorang gadis bercerita padaku, ia selalu tidak bisa lembut pada orang tuanya.
Aku masih mendengar ceritanya sambil terus menatapnya. Ia berjilbab dan ia anak yang sopan lagi baik. Terbesit ketidakpercayaan kalau ia tidak bisa lembut pada orang tuanya sendiri. Namun ada keseriusan di matanya.
Ia bertutur kembali dan aku dengarkan dengan sabar.
"Hatiku menjerit setiap kali sesudah aku berlaku tidak lembut pada ayah dan ibu. Aku tidak bisa.. tidak bisa.."
Ia hampir menangis.
"Lalu kenapa kamu tidak bisa?" tanyaku.
"Ada rasa benci dalam hatiku. Aku sakit hati pada ayah dan ibuku yang diktator dan otoriter. Mereka menyayangiku, namun caranya selalu membuat aku terluka. Aku menyayangi mereka. Demi tuhanku, Demi Allah aku mencintai mereka!"
Ia menghela nafas.
"Aku ingin sekali bisa lembut pada mereka, namun mungkin karena sudah terbiasa. Aku tidak bisa menghilangkan rasa sakitku. Sejujurnya aku kecewa pada mereka. Dan kini aku hanya bisa diam. Kurasa itu lebih baik daripada aku banyak menyakiti mereka"'
Dan air matanya mengalir.
"Aku ingin segera menikah." Tuturnya yang membuat aku terkejut.
"Kenapa menikah?" ujarku meluapkan keheranan.
"Agar aku tahu, bagaimana rasanya menjadi orang tua. Apakah harus seperti itu pada anaknya? Dan aku ingin memastikan apa yang terjadi padaku tidak akan terjadi pada anakku."

Aku terdiam.

Penantian puluhan tahun seorang gadis

Sholat jum’at baru saja usai ditunaikan. Pak Yunus seperti biasa masih berada dalam
masjid bersama beberapa bapak yang lain. Tiba-tiba, baru saja selesai berdzikir, Pak Daud
menghampiri Pak Yunus: menepuk pundak Pak Yunus lantas berjabat tangan. Ya, Pak Yunus
dan Pak Daud sudah berteman sejak lama semenjak dipertemukan dalam satu
pengajian.“Gimana kabarnya Pak?”, sapa Pak Daud
“Alhamdulillah baik. Bapak sendiri gimana?”, balas Pak Yunus
“Alhamdulillah.. (terdiam sebentar). Ngomong-ngomong,, masih sendirian aja nih Pak?”,
Pak Daud melempar pertanyaan gurauan yang selama ini sering diajukannya.
Pak Yunus hanya tersenyum seperti biasanya jika ditanya hal itu.

Semenjak istri Pak Yunus meninggal dunia beberapa tahun lalu, Pak Yunus menjalani hariharinya
tanpa pendamping. Usianya yang sudah kepala 6 pula yang sepertinya menjadi salah
satu keputusan untuk tak ingin menikah lagi. Ketiga anaknya yang telah berkeluarga
membuat Pak Yunus semakin kesepian. Ya, sebagai seorang laki-laki, terkadang perasaan
membutuhkan seorang pendamping di hari tua, juga dialami oleh Pak Yunus.
Banyak teman di sekitar Pak Yunus yang menyarankan untuk menikah lagi, termasuk
Pak Daud.
***

Kamis, 15 Desember 2011

Berharap kau adalah muslimah.

Aku lihat seseorang di balik ruangan kaca di tempat kerjaku. Memakai jas lab putih, tubuhnya tinggi ramping, rambutnya agak kecoklatan dan diikat satu di belakang. Bekerja di depan komputer dengan mata yang tidak luput mengawasi para bawahannya yang tengah bekerja mengemasi obat. Orang-orang disini memanggilnya "Ci". Matanya yang sipit dan kulitnya yang putih memang jelas membuka identitas bahwa ia keturunan Cina.
Bukan kecantikan atau kecerdasannya yang hendak aku paparkan disini Sobat kalbu.
Namun satu hal yang aku ingat tentangnya dan membuatku ingin terus menatapnya saat itu. Aku mencari sebuah kehangatan dan ikatan persaudaraan di balik ketegasannya yang kadang membuat kami, para bawahannya malas memperpanjang urusan dengannya.
Tadi pagi, saat rapat umum ada satu pesan yang membuatku menjadi ingin dekat dengannya. Meski semua orang ingin menjauhinya karena sikapnya yang so perfect.
"Teteh-teteh.." sapanya tadi pagi kepada kami, para bawahannya.
"Satu hal yang ingin saya ingatkan kepada teteh-teteh semua jika menerima gaji, harus melakukan satu hal. Apa itu?" ia tersenyum, manis.
Semuanya serentak menjawab, "Menabung..!!"
Kecuali aku yang terdiam, karena asyik menatap pesonanya.
Namun aku dan semua bingung saat dia menggeleng seraya tersenyum.
"Yang pertama harus kita lakukan saat menerima gaji adalah..... zakat teteh-teteh..."
Semuanya membulatkan mulut.
Dan entah apa hanya aku atau memang ada yang lain. Hatiku bergetar saat mendengar itu. Kami, tak ada satu pun yang mengingat tentang zakat. Tapi ia... Oh, aku masih menatapmu disini. Mencari kehangatan, berharap kau adalah....muslimah.

#hikmah silahkan sobat kalbu ambil sendiri. ^_^

Adik Kecilku..

Matanya berbinar beriringan dengan canda tawa kawannya.
Senyum dan kegembiraan menghiasi bibir mungil itu.
Di wajah kecilnya, hanya terbias warna-warna cerah penghias kehidupan.
Meski dibalik itu semua, hati kecilnya terdiam dengan pandangan sayu.
Pandangan pada kegembiraan di sekitarnya..
Pandangan pada hidup yang penuh cerita..
Tapi harus apa lagi...?????
Adik kecilku hanya ingin bahagia.
Meski air mata selalu terurai di sujudnya..
Meski hatinya bergetar menahan luka..
Meski tak ada yang mau tahu tentang hidupnya...

Tapi adik kecilku hanya menebar cinta kasih..
Tanpa peduli bahwa dirinya pun tak punya..
Adik kecilku terlalu malu tuk meminta.

Duh.. Adik kecilku..
Tawa candamu selama ini
Adalah luapan kekecewaanmu.
Air mata di setiap rengkuh sujudmu
Adalah ketulusan cinta yang tak ternoda..
Penantian atas jawaban doamu
Semakin membawamu pada kesabaran.

Duhai adikku..
Semakin aku menyayangimu..

by Hilwa

Jumat, 09 Desember 2011

Cemburu itu memang API..!

Assallamualaikum sobat Kalbu..
Bicara soal cemburu, apa sih itu cemburu?
Marah? bisa...
Iri? bisa..
Gak terima? bisa..
Merasa ga adil? bisa..
Tapi menurutku, cemburu itu api.. karena ia selalu dan pastilah membakar hati dan jiwa kita. Ia bergelora sampai kita benar-benar menemukan titik nyaman.
Apa yang kita lakukan saaat cemburu kadang tak bisa kita kendalikan. Bahkan bisa berlebihan. Tak salah kalau ada yang bilang "cemburu menguras hati". Benar, coba bayangkan saat kita cemburu memang kita terus-menerus membahas rasa itu ke siapa pun. Atau bila Sobat adalah orang yang tertutup, mungkin hati Sobat semua sibuk dengan kecemburuan itu sendiri.
lupa makan? oh, tidak.. tidak lupa. Bagaimana kita bisa lupa makan, pastilah ingat. (hehe)
Namun cemburu telah menyita hampir semua waktu Sobat.
Cemburu bukan identik dengan "Pacar" atau "Kekasih".
Sejatinya cemburu adalah rasa iri yang menyangkut ketidakmampuan kita akan sesuatu. Kalau Sobat merasa cemburu karena #misal, seorang teman kerja lebih banyak mendapatkan senyuman dari teman kerja yang lain karena keramahannya. Itu menandakan ketidakmampuan Sobat untuk menjadi ramah. Sobat mungkin ramah, tapi banyak cemberutnya. Ya sama ajee dong... (hehe)